Jumat, 29 April 2011

[PHOTO] Mamoru + Pocari Sweat --- “Go Ion”


Jumat, 29 April 2011 . . .
@ SMAN 2 Palangka Raya . . .
Mamoru IA Ichi . . (XI IA 1)
 
Walaupun tampil di akhir-akhir perlombaan . . .
Tapi semangat ‘Mamoru’ gak akan padam . . .


Dan . . .
Alhamdulillah . .
Dapat meraih juara pertama . .
:) :) :)

Chaiiyooooo MAMORU . . .
Hehhehhe . . .

Kamis, 21 April 2011

Happy Kartini's Day

Hello . . Hello *nyanyi lagu Hello-nya SHINee* udah lama gak nulis blog, hahaha . . .
Oia, hari ini Hari Kartini kaaaaaaannnn !!!!
nih aku kasih Biografinya R.A. Kartini . . . langsung aja cekidot . . .

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903).
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Source : wikipedia . . (Y)

Kamis, 07 April 2011

Rumah Terbalik (?)

Di Jerman,dibangun rumah unik.Di sebut Rumah unik karena dibangun terbalik berikut isi lengkapnya.Rumah ini dibangun di dalam sebuah kebun binatang di Getorff, Jerman. Sesuai konsepnya, dapur, kamar mandi, kamar keluarga dan kamar tidur rumah ini terbalik.


Rumah setinggi tujuh meter ini dibangun tukang Gerhard Mordhorst dan koleganya, Gesellse Splettstober dan Manfred Kolax. mereka menggambarkan proyek mereka ini yang tergila pernah dibuat.

Bagian tersulit pembuatan rumah ini adalah kamar mandi, karena ada shower yang harus dibuat terbalik. Agar barang-barang itu tidak berjatuhan karena gravitasi, mereka memaku furnitur.

Jumat, 01 April 2011

Wabah Ulat Bulu

Wabah ulat bulu ????
wabah ulat bulu yang menyerang Probolinggo kini kian menghawatirkan.
Ulat-ulat bulu ini yang turun dari pohon karena dedaunan sudah habis dan akhirnya menyerbu ke rumah-rumah warga.
warga yang menjadi korban ulat-ulat bulu ini, banyak yang menderita gatal-gatal yang di sebabkan oleh bulu-bulu ulat yang beracun ini. Bulu-bulu yang berterbangan yang menempel pada kulit ini akan menyebabkan rasa gatal-gatal yang menyiksa.
Warga membersihkan rumah dari ulat bulu  ini paling tidak 2 jam pada pagi hari dan 2 jam pada sore hari.

Apakah ulat yang jumlahnya ratusan itu nanti akan  menjadi ribuan kupu-kupu juga?


Ulat bulu ini membutuhkan waktu yang agak lama untuk bermetamorfosis.
Karena ulat bulu yang menyerang Probolinggo setiap harinya dimusnahkan oleh warga. Jadi, ulat-ulat itu mati dan tidak menjadi kupu-kupu.
Domo-kun Staring